28 December 2015

Hambatan dan Kemudahan Menuju Menikah


Kami ingin menikah, tapi aku harus menunggu ya... kuputuskan untuk menunggu karena aku maunya sama kamu *gombal mode on(づ ̄ ³ ̄)づ

Selama menunggu aku berusaha fokus lagi dengan tujuanku yang lain, yaitu orang tuaku. Aku mempunyai keinginan melihat kedua orang tuaku hidup dengan tentram dan nyaman sebelum nantinya aku dibawa suami. Setelah bekerja, aku selalu menyisihkan sebagian penghasilanku untuk ditabung agar bisa membeli rumah bagi orang tuaku, agar mereka memiliki tempat tinggal untuk menetap tanpa harus pindah-pindah kontrakan lagi.

Hingga akhirnya, alhamdulillah tabunganku cukup untuk membayar uang muka rumah dengan KPR bersubsidi. Dari mulai pencarian info harga rumah, uang muka, cicilan dengan harga yang cocok sampai survey ke tempat dan hampir melakukan akad. Namun selalu berujung ketidakcocokan Bapa dengan kondisi daerah rumah tersebut. Setelah ditelusuri ternyata alasan sebenarnya Bapa tidak tega jika anak perempuannya harus menanggung cicilan seberat itu karena tempat tinggal masih jadi tanggung jawab beliau. Padahal Bapa sudah sakit-sakitan akibat diabetes yang dideritanya, anakmu ini hanya ingin masa tuamu dilalui dengan tenang tanpa beban pikiran. Meskipun hal ini takkan mampu membalas jasa-jasa kalian (。•́︿•̀。).

Di tengah kondisi seperti itu, Aa (panggilan si dia) membahas lagi tentang pernikahan, tentang adiknya yang sudah lulus dan langsung mendapat pekerjaan, tentang ibunya yang menyuruhnya segera menikahiku. Kepastian yang kutunggu akhirnya tiba tapi tidak langsung kusambut bahagia, padahal dulu aku yang menggebu mengajaknya menikah.
Aku masih bingung, aku ingin membahagiakan orang tuaku sebelum menikah. Keresahan ini aku sampaikan kepada orang tuaku. Begitulah orang tua, mereka selalu mementingkan kebahagiaan anak-anaknya. Mamah dan Bapa mendukung aku untuk menikah, "Teteh jangan terlalu memikirkan Mamah dan Bapa, insya Allah dengan Teteh menikah makin ditambah rezekinya, segala hajat Teteh semakin dilancarkan." kurang lebih seperti itu yang mereka katakan (ノ_<。) air mata ini pecah tak bisa terbendung lagi.

Setelah cukup lama aku berpikir, perkataan mereka memang benar adanya. Menikah itu membuka pintu rezeki dan setidaknya beban mereka akan berkurang, tanggung jawab Bapa terhadap anak perempuannya akan berpindah kepada suaminya kelak. Apalagi dosa pacaran aku yang ditanggung Bapa (sedih kalau ingat ini) tidak boleh terus menerus aku tumpuk. Bismillah orang tua sudah merestui bahkan mendorong kami agar segera halal, harus segera dilaksanakan niat baik ini.

Mengingat kondisi keluarga, kami memang berniat mempersiapkan biaya pernikahan sendiri jangan sampai merepotkan orang tua. Meskipun memang membutuhkan banyak waktu, selama satu tahun kami menabung dan merencanakan pernikahan kami. Apakah semuanya berjalan mulus? tentu tidak.

Selama ini Aa bekerja di perusahaan yang dengan penghasilannya dia dapat menafkahi ibunya, membiayai kuliah sendiri bahkan kuliah adiknya. Dia optimis jika masih bekerja disitu biaya untuk menikah agar segera terkumpul. Meskipun saat itu ada hembusan kabar bahwa pekerjaannya yang memang berbasis proyek akan segera berakhir dan tabungannya masih nol, dia tetap meluruskan niatnya dan langsung mendatangi Bapa untuk melamar aku.

Baca juga: The Way He Proposed

Awal tahun 2015 desas-desus kabar tersebut memang benar dan Aa mulai mencari dan melamar ke perusahaan lain. Alhamdulillah dia diterima di perusahaan yang sama denganku namun beda divisi, kami jadi bisa sama-sama merantau di Ibu Kota. Namun aku tahu saat itu Aa tengah kalut, gaji yang dia terima lebih kecil dibanding perusahaan sebelumnya, ada rasa takut yang menyergap jika tabungannya akan kurang. Aku hanya bisa menyemangatinya dan mengingatkan bahwa rencana Allah pasti lebih indah. Selama masa terberat itupun aku berusaha untuk tidak membahas dulu tentang rencana pernikahan kami.

Saat ada masalah tetap luruskan niat dan istiqamah selama dalam kebaikan.

Kemudian kemudahan itu datang, kedua belah pihak keluarga sangat antusias terhadap pernikahan kami banyak yang menawarkan bantuannya dari mulai dokumentasi, acara, souvenir. Alhamdulillah pintu rezeki datang dari arah yang tidak terduga.

No comments:

Post a Comment